By Admin, 27 Maret 2024
Kesempatan perempuan untuk berkarier di dunia arsitektur semakin terbuka luas. Namun, di tengah perkembangan ini, masih banyak tantangan yang dihadapi, terutama bagi mereka yang telah berkeluarga. Membagi tanggung jawab antara pekerjaan dan keluarga sering kali menjadi dilema yang harus dihadapi oleh arsitek perempuan, terutama mereka yang sudah menikah dan memiliki anak. Demi memberikan dukungan dan ruang bagi perempuan yang ingin tetap berkarya di bidang arsitektur, hadir komunitas Ibu Arsitek. Komunitas ini menjadi rumah bagi para perempuan arsitek di Indonesia yang mencintai profesinya dan ingin terus berkembang dalam dunia arsitektur.
Lahirnya Ibu Arsitek
(sumber : instagram @ibuarsitek)
Ibu Arsitek resmi berdiri pada 22 Desember 2018, bertepatan dengan Hari Ibu Nasional. Komunitas ini digagas oleh tiga arsitek perempuan berbakat: Osrithalita Gabriela, Fauziya Evanindya, dan Anissa Santoso. Nama Ibu Arsitek dipilih untuk merepresentasikan perempuan Indonesia yang memiliki peran penting di masyarakat melalui keahliannya dalam arsitektur. Komunitas ini lahir dari kebutuhan untuk memperkuat jaringan dan komunikasi antar arsitek perempuan, sehingga mereka bisa mencapai potensi terbaiknya secara individu maupun kolektif. Dengan demikian, mereka bisa lebih aktif berkontribusi dalam dunia arsitektur Indonesia dan membangun ruang yang inklusif dan adil bagi semua.
Ibu Arsitek memiliki visi untuk mewarnai dunia arsitektur Indonesia dengan keterlibatan aktif perempuan. Mereka ingin mendorong kolaborasi dan menciptakan ekosistem kerja yang lebih mendukung bagi arsitek perempuan. Menurut salah satu pendiri, Anissa Santoso, komunitas ini bertujuan menjadi ruang yang menghubungkan serta mendukung perempuan dalam menjalani profesi arsitek. "Perempuan sering kali memiliki titik berhenti dalam kariernya, seperti saat melahirkan atau mengurus keluarga. Untuk kembali ke dunia arsitektur, mereka butuh sistem pendukung yang kuat. Kami ingin Ibu Arsitek menjadi tempat yang aman bagi mereka," ujarnya.
Representasi perempuan dalam arsitektur juga menjadi hal yang diperjuangkan oleh komunitas ini. Jessica Soekidi, salah satu anggota komunitas, menambahkan bahwa Ibu Arsitek adalah tempat yang aman baginya untuk berbagi pengalaman baik dalam hal profesional maupun personal. "Komunitas ini sangat membantu, terutama ketika menghadapi tantangan dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi," kata Jessica.
Program dan Kegiatan Ibu Arsitek
(sumber : instagram @ibuarsitek)
Dalam lima tahun perjalanannya, Ibu Arsitek telah mengadakan berbagai program, mulai dari kelas arsitektur untuk anak-anak, diskusi, hingga forum nasional dan internasional tentang arsitektur. Mereka juga aktif membangun jejaring dengan komunitas arsitek perempuan di berbagai daerah, terutama di luar Jakarta, di mana ketimpangan gender dalam dunia arsitektur masih cukup besar.
Anggita Paramita, salah satu anggota komunitas, menyoroti pentingnya menjangkau lebih banyak arsitek perempuan di daerah. "Di luar kota besar seperti Jakarta, arsitek perempuan masih menghadapi banyak kendala untuk berkarya, memiliki biro arsitektur sendiri, atau mendapatkan dukungan yang memadai. Ibu Arsitek ingin hadir sebagai solusi dan memberikan dukungan bagi mereka," ujarnya. Ke depan, Ibu Arsitek berharap bisa terus tumbuh dan memberikan dampak lebih besar bagi dunia arsitektur di Indonesia. Dengan semakin banyaknya perempuan yang terlibat dalam profesi ini, diharapkan representasi perempuan dalam arsitektur terus meningkat dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif bagi semua.