Kelompok Perempuan di Raja Ampat Jaga Lestari Sumber Daya Alam Melalui Tradisi Sasi

By Admin, 25 April 2025

Sunset in the mountains

Di Kampung Solal, Distrik Misool Utara, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat Daya, sekelompok perempuan dengan penuh semangat dan tekad menjaga dan melindungi kekayaan alam mereka. Mereka adalah kelompok perempuan "LAPHAN" yang telah menghidupkan kembali tradisi sasi untuk melestarikan sumber daya alam di wilayah mereka. Tradisi sasi sendiri adalah sistem adat yang digunakan untuk mengelola sumber daya alam, baik di laut maupun darat, dan sudah diterapkan di wilayah Indonesia Timur.

Sasi yang diterapkan oleh kelompok LAPHAN bertujuan untuk menjaga kelestarian teripang, lola, dan lobster, tiga spesies yang saat ini semakin menurun jumlahnya. Dengan melaksanakan tradisi sasi, mereka berharap dapat mengembalikan keseimbangan alam dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat sekitar.

Peran Perempuan dalam Konservasi Alam

Sunset in the mountains

(Sumber : Teropongnews.com)

Kehadiran Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan DAS Maya Raja Ampat telah memberikan semangat baru bagi kaum perempuan Kampung Solal untuk terus mempertahankan tradisi ini. Dalam kegiatan konservasi yang mereka jalankan, perempuan tidak hanya berperan sebagai penjaga alam, tetapi juga sebagai penggerak perubahan di komunitas mereka.

Edmon Saleo, Manager Proyek Konsorsium DAS Maya Raja Ampat, menjelaskan bahwa ketiga spesies yang dilestarikan, teripang, lola, dan lobster memegang peranan penting dalam keberlanjutan ekosistem laut di kawasan tersebut. Menurunnya jumlah spesies-spesies ini membuat tradisi sasi semakin relevan dan dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan alam.

Dukungan untuk Perempuan dalam Konservasi

Bagi kelompok perempuan LAPHAN, dukungan yang diberikan oleh YKAN dan DAS Maya Raja Ampat bukan hanya berupa pendampingan teknis, tetapi juga semangat yang menyadarkan mereka bahwa perempuan memiliki peran besar dalam menjaga alam. Mereka berharap dukungan serupa dapat terus diberikan oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, dan lembaga-lembaga terkait lainnya, agar konservasi berbasis kearifan lokal seperti ini bisa terus berjalan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Sasi Sebagai Solusi Pengelolaan Sumber Daya Alam

Wilayah sasi perempuan LAPHAN terletak di Pulau Senyu dan Pulau Panjang. Mereka menjalankan tradisi sasi selama 11 bulan, dimulai dari Desember 2024 hingga November 2025. Selama periode ini, pengambilan hasil laut seperti teripang, lola, dan lobster tidak diperbolehkan, demi memberi waktu bagi ekosistem untuk pulih dan berkembang.

Tradisi sasi ini menjadi contoh nyata bagaimana pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat setempat, khususnya perempuan. Di Kampung Solal, perempuan menjadi garda terdepan dalam pengelolaan dan pelestarian alam, memastikan bahwa generasi mendatang dapat menikmati hasil alam yang sama.

Tradisi Sasi: Konservasi yang Menguntungkan Ekonomi dan Sosial

Sunset in the mountains

(Sumber : ykan.or.id)

Sasi tidak hanya berfungsi untuk konservasi lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat. Ketika masa buka sasi tiba, kelompok perempuan ini dapat memanen hasil laut dengan cara yang ramah lingkungan, seperti menyelam dan mengambil biota laut menggunakan tangan kosong atau menggunakan tombak kayu yang disebut tradisi balobe.

Penjualan hasil panen digunakan untuk mendukung berbagai kegiatan sosial, keagamaan, dan pendidikan. Ini adalah bukti bahwa tradisi sasi tidak hanya menjaga alam, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kesuksesan yang Menginspirasi

Keberhasilan kelompok Waifuna di Kampung Kapatcol, yang telah mengelola sasi dengan sangat baik, menjadi inspirasi bagi kelompok perempuan lainnya. Pemerintah kampung bahkan telah memperluas wilayah sasi mereka dari 32 hektare menjadi 213 hektare, menunjukkan betapa pentingnya peran perempuan dalam konservasi dan keberlanjutan sumber daya alam.

Muhammad Ilman, Direktur Program Kelautan YKAN, menegaskan bahwa keberhasilan kelompok Waifuna dalam pengelolaan sasi telah memberikan dampak positif pada ekologi, sosial, dan ekonomi. Bahkan, kesuksesan mereka telah menginspirasi kelompok-kelompok perempuan di kampung lain, seperti kelompok Joom Jak Sasi dan kelompok Zakan Day, untuk mengikuti jejak mereka dalam melestarikan sumber daya alam.

Penutupan dan Harapan Ke Depan

Keberhasilan konservasi melalui sasi di Kampung Solal dan Kampung Kapatcol menunjukkan bagaimana perempuan dapat memainkan peran utama dalam melestarikan alam dan budaya mereka. Dalam jangka panjang, diharapkan lebih banyak komunitas perempuan di Indonesia, khususnya di wilayah-wilayah pesisir, dapat terlibat dalam kegiatan serupa yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga bagi perekonomian dan kesejahteraan sosial masyarakat setempat.

Perempuan di Kampung Solal mengajarkan kita bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah kecil yang penuh ketekunan, keberanian, dan semangat untuk menjaga alam demi masa depan yang lebih baik.