Hebat! 4 Perempuan Peneliti Indonesia Terima Penghargaan L'oreal-UNESCO for Women In Science

By Admin, 15 November 2024

Sunset in the mountains

Program L'Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS) 2024 kembali menunjukkan komitmennya mendukung perempuan di bidang sains. Dalam acara penghargaan ini, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Sri Suning Kusumawardani, menyampaikan penghargaan atas dedikasi para peneliti perempuan yang tak hanya mendorong kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi juga menghadapi tantangan besar bangsa, seperti kesehatan, energi, dan ketahanan pangan.

Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Fabien Penone, menekankan pentingnya kesetaraan gender di bidang sains, yang menurutnya memperkaya perspektif penelitian sekaligus menciptakan solusi inovatif untuk tantangan global. Sementara itu, Itje Chodidjah, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, menyampaikan bahwa meskipun masih ada kendala seperti kesenjangan akses pendanaan dan stereotip, FWIS hadir untuk membuka peluang bagi para peneliti perempuan Indonesia.


Sunset in the mountains

Tahun ini, empat peneliti perempuan dengan inovasi luar biasa menerima penghargaan FWIS 2024:

  • Rachma Wikandari, Ph.D. Dari Universitas Gadjah Mada, ia mengembangkan mikro-protein pada jamur tempe dengan kandungan protein, serat, dan mineral tinggi, yang bertujuan untuk mengurangi angka stunting sekaligus mendukung ekonomi sirkular.

  • Prasanti Widyasih Sarli, Ph.D. Dari Institut Teknologi Bandung, ia menciptakan alat berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mendeteksi ketahanan bangunan terhadap gempa. Inovasinya dapat membantu pemerintah merancang bangunan yang lebih aman dan mengurangi risiko korban jiwa akibat bencana alam.

  • Deliana Dahnum, Ph.D. Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional, ia meneliti bahan bakar pesawat ramah lingkungan berbasis minyak kelapa atau bio-jet fuel. Inovasi ini mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca dan pemanfaatan energi terbarukan.

  • Della Rahmawati, Ph.D. Dari Universitas Swiss German, ia mengkombinasikan tanaman liar kelakai dan tempe kacang untuk asupan nutrisi ibu hamil, yang dapat membantu mencegah stunting pada anak-anak.

Meskipun inovasi-inovasi ini telah memasuki tahap uji, penerapan luasnya masih memerlukan dukungan pemerintah. Program FWIS, yang selama dua dekade terakhir telah mendanai lebih dari 75 peneliti perempuan di Indonesia, berkomitmen untuk terus mendorong potensi perempuan di bidang sains. Program ini tidak hanya menyediakan pendanaan, tetapi juga menciptakan jaringan lebih dari 1.400 peneliti dan menghasilkan lebih dari 2.500 publikasi ilmiah.

Program FWIS ini adalah bukti nyata bahwa perempuan Indonesia bisa menjadi inovator dan pemimpin perubahan di dunia sains. Semangat dan karya mereka membuktikan bahwa kesetaraan dalam ilmu pengetahuan bukan sekadar mimpi, melainkan sebuah jalan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Untuk semua perempuan yang bercita-cita memberi dampak, jangan pernah ragu melangkah. Ilmu pengetahuan membutuhkan suara dan pandangan kalian, dunia menunggu terobosan berikutnya dari kalian