Generation Girl: Komunitas yang Membuka Pintu STEM untuk Perempuan Indonesia

By Admin, 23 April 2025

Sunset in the mountains

Di balik dunia teknologi yang berkembang pesat, masih tersimpan sebuah ketimpangan yang kerap kali tak terlihat: minimnya representasi perempuan, terutama di bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Math). Inilah kenyataan yang pernah dialami langsung oleh Nadine Siregar dan Reyna Soerianto, dua perempuan Indonesia yang pernah menjadi minoritas di lingkungan kerja teknologi yang didominasi laki-laki. Namun, alih-alih berhenti di situ, mereka memilih untuk melakukan sesuatu yang berdampak besar.

Mereka mendirikan Generation Girl, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Jakarta dengan misi membangun komunitas aman dan menyenangkan bagi perempuan untuk mengeksplorasi dunia STEM. Sejak berdiri, Generation Girl telah menjangkau lebih dari 36.000 perempuan muda di seluruh Indonesia dan menyelenggarakan lebih dari 1.000 jam pembelajaran di 20 provinsi.

Apa Itu STEM dan Kenapa Penting?

STEM adalah singkatan dari Science, Technology, Engineering, and Math, empat bidang ilmu yang saat ini menjadi tulang punggung inovasi global. Industri seperti teknologi informasi, kecerdasan buatan, pengembangan aplikasi, infrastruktur digital, hingga solusi energi dan kesehatan berbasis teknologi semuanya bertumpu pada keterampilan dan inovasi yang lahir dari dunia STEM.

Sayangnya, perempuan masih sangat kurang terwakili di bidang ini. Padahal, menurut berbagai studi global, keberagaman gender dalam tim STEM mampu meningkatkan kualitas inovasi, memperluas perspektif pengambilan keputusan, dan menciptakan solusi yang lebih inklusif untuk masyarakat luas. Ketika perempuan ikut membentuk masa depan teknologi, hasilnya akan jauh lebih relevan dan adil bagi semua orang.

Membangun Ruang Aman untuk Bertumbuh

Sunset in the mountains

(Instagram @generationgirl.id)

Generation Girl hadir bukan hanya untuk mengajarkan keterampilan teknis seperti coding atau desain UI/UX, tetapi juga untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian bagi perempuan muda agar tidak takut mencoba. Program mereka dirancang agar partisipan tak hanya pandai secara teknis, tapi juga tangguh secara emosional dan sosial.

Melalui kegiatan seperti Holiday Club untuk siswi SMA dan Electives untuk perempuan berusia 19 tahun ke atas, peserta diajak untuk menyelami dunia STEM dengan cara yang menyenangkan dan tidak mengintimidasi. Ada juga Electives Lite, kelas mingguan dengan topik ringan namun membuka wawasan, mulai dari machine learning hingga desain produk digital.

Masih banyak orang yang beranggapan bahwa STEM adalah bidang "berat" yang lebih cocok untuk laki-laki. Generation Girl ingin mengubah pola pikir ini. Kurangnya role model perempuan di bidang teknologi menjadi salah satu pemicu, dan lewat komunitas ini, mereka menghadirkan role model baru agar perempuan biasa yang berani melangkah ke dunia luar biasa.

Melibatkan kolaborasi dengan nama-nama besar seperti Google, Tokopedia, dan Microsoft, Generation Girl tidak hanya mengajarkan keterampilan industri, tapi juga mendekatkan peserta pada ekosistem kerja nyata. Salah satu tujuan jangka panjang mereka adalah membuka akses mentorship agar proses belajar tidak berhenti di kelas, tapi berlanjut hingga ke dunia profesional.

Menjawab Tantangan Masa Depan

Sunset in the mountains

(Sumber : 1000startupdigital.id)

Dalam Impact Report 2021, Generation Girl mencatat bahwa salah satu tantangan ke depan adalah menjembatani lulusan program mereka untuk bisa masuk ke industri teknologi secara aktif. Oleh karena itu, keberlanjutan komunitas dan dukungan dari berbagai pihak menjadi hal penting bukan hanya untuk mencetak engineer perempuan masa depan, tapi juga menciptakan ekosistem yang sehat dan setara.

Generation Girl percaya bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten. Dari satu kelas coding, satu pertemuan komunitas, hingga satu percakapan yang membuka wawasan, semua itu bisa menjadi percikan awal bagi perempuan untuk merasa bahwa mereka pantas berada di dunia teknologi.