By Admin, 24 Maret 2024
Gedong Bagus Oka, yang lahir dengan nama Ni Wayan Gedong pada 3 Oktober 1921, adalah sosok perempuan luar biasa dalam sejarah Indonesia. Lahir dari keluarga yang berpikiran maju, ia diberi kebebasan penuh untuk menempuh pendidikan yang baik, meskipun harus tinggal jauh dari keluarganya di Bali.
Kesempatan emas datang ketika ia dikirim bersama tiga gadis Bali lainnya untuk bersekolah di sebuah Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Yogyakarta. Selama delapan tahun, ia tinggal di rumah Prof. J.H. Bavinck, seorang pendeta dan dosen Belanda di Sekolah Tinggi Teologi "Duta Wacana." Lingkungan ini membentuk pemikirannya tentang nilai-nilai rohani, etika, dan demokrasi, yang kelak menjadi dasar perjuangannya.
Meski tinggal di lingkungan Kristen, Gedong tetap teguh pada keyakinan Hindu-nya. Pengenalannya terhadap ajaran Kristen justru membawanya semakin dekat dengan pemikiran Mahatma Gandhi, seorang tokoh Hindu dari India yang juga memahami nilai-nilai Kekristenan.
Setelah menyelesaikan pendidikan SMA, Gedong melanjutkan studi di sekolah tinggi Kristen dan mulai mengajar di sebuah sekolah Kristen di Bogor. Pada 1941, ia kembali ke Bali dan mengajar di Sekolah Lanjutan Atas di Singaraja, kemudian diangkat sebagai kepala sekolah.
Perjuangan dalam Dunia Pendidikan dan Perdamaian
(sumber : Wikipedia Gedong Bagus Oka)
Selama perjuangan kemerdekaan Indonesia, Gedong turut berjuang untuk memastikan agama memiliki tempat dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang baru. Ia kemudian meraih gelar Sarjana Muda dari Universitas Udayana pada 1964 dan menjadi dosen di Fakultas Sastra universitas yang sama selama hampir tiga dekade (1965-1992).
Gedong menikah dengan I Gusti Bagoes Oka, yang juga merupakan pengikut ajaran Gandhi. Pasangan ini memiliki enam anak laki-laki dan terus mendalami ajaran Gandhi sebagai inspirasi hidup mereka.
Pada tahun 1953, Gedong akhirnya memiliki kesempatan mengunjungi India. Sayangnya, Mahatma Gandhi telah meninggal lima tahun sebelumnya. Namun, ia bertemu dengan Vinoba Bhave, yang dianggap sebagai pewaris spiritual Gandhi. Ia menghabiskan waktu di India untuk mempelajari lebih dalam ajaran Gandhi tentang ahimsa (anti-kekerasan), satyagraha (perjuangan tanpa kekerasan), dan nilai-nilai kemanusiaan universal.
Mendirikan Ashram Gandhi Candidasa
(sumber : ashramgandhi.com)
Sekembalinya ke Indonesia, Gedong Bagus Oka mulai menyebarkan ajaran Gandhi dan mendirikan Ashram Gandhi Candidasa pada tahun 1970. Ashram ini menjadi simbol nilai-nilai kemanusiaan yang ia anut, tempat di mana siapa pun, tanpa memandang suku, agama, ras, atau budaya, bisa belajar dan hidup dalam harmoni.
Ashram ini menjadi pusat pendidikan nilai-nilai perdamaian, kebijaksanaan, dan spiritualitas yang mengutamakan kesederhanaan dan cinta kasih. Gedong aktif mengadvokasi persatuan dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia, menjadikannya salah satu tokoh pembaruan Hindu yang dihormati di Nusantara.
Warisan dan Penghormatan
Gedong Bagus Oka wafat pada 14 November 2002 di Jakarta. Pemakamannya dihadiri oleh tokoh-tokoh besar, termasuk Gus Dur dan Dr. Th. Sumartana, serta para sahabat yang bergerak dalam perjuangan perdamaian.
Sebagai bentuk penghormatan atas jasanya dalam menyebarkan nilai-nilai perdamaian dan kebersamaan, wajah Gedong Bagus Oka diabadikan dalam perangko keluaran Pos Indonesia tahun 2004. Pengaruh dan inspirasinya terus hidup dalam gerakan sosial dan pendidikan yang ia bangun.
Gedong Bagus Oka adalah bukti bahwa seorang perempuan bisa menjadi pemimpin dalam pembaruan agama, pendidikan, dan gerakan perdamaian. Semangatnya yang tak tergoyahkan dalam memperjuangkan harmoni dan cinta kasih tetap menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.